Friday, November 5, 2010

Mitologi Petruk ditengah bencana

Membaca Harian Jogja edisi 23 Oktober 2010, halaman pertama, ada mitologi Mbah Petruk muncul kembali di tengah warga terkait meletusnya Gunung Merapi. Niti Sukir (57) warga Dukuh Takeran, Tlogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah itu bermimpi didatangi Awan Panas Gn Merapi yang menyerupai Mbah Petruk.

Dalam mimpinya, Niti diperintahkan untuk menghadap kepala dusun Takeran agar masyarakatnya menggelar Kenduri supaya selamat dari letusan Merapi. Tak pelak, Kadus Takeran, Soma Sarpa`i (57) pun mengiyakan dan menghimbau warganya untuk mengadakan pesta adat (kenduri), kemudian diikuti Yasinan, Tahlilan dan Do`a bersama di dusun yang jaraknya kurang lebih 4 km dari gunung Merapi itu.


Demikian, Mbah Ponimin, yang disebut-sebut punya kesaktian seperti Mbah Mardjan pun mengakui pernah bertemu dengan Mbah Petruk si Penjaga Gunung Merapi, (Detik.com, edisi 2 November 2010).

Ponimin bersama keluarganya selamat dari letusan gunung Merapi itu mengartikan, Awan Panas yang mirip kepala kepala Petruk dan hidungnya menghadap ke Jogjakarta itu sebagai tanda bahwa Letusan gunung yang terkatif di dunia itu akan mengancam kota Jogja.

Faktanya, memang, Jum`at (5 Novenmber 2010) dini hari kemarin, Material letusan Merapi, seperti Pasir dan Abu  beterbangan samapi ke kota Jogja, bahkan Bantul. Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana pun menambahkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) letusan menjadi 20 Km arah Selatan (ke Jogja). 

Kembali ke Petruk, Bagi sebagian orang jawa yang mempercayainya dikenal sebagai orang yang baik hati dan suka memberi pada sesama. Salah satu tokoh dalam pewayangan itu menjadi magis dalam tradisi sebagian orang jawa yang harus dihormati dan diagungkan. seperti memberikan sesaji, selamatan dan do`a do`a agar mbah Petruk tidak marah pada penduduk sekitar.

Hemat saya sebagai orang Sastra Arab, Petruk juga bisa menjadi simbol yang diambil dari bahasa arab "Fatruk" yang berarti "Tinggalkanlah". berasal dari kata "Utruk", Fi`il Amr (Kata Perintah) dari akar kata "Taroka-Yatruku" (meninggalkan). Ditambah dengan huruf "Fa-jawab" (maka tinggalkanlah).

Apa yang ditinggalkan? munculnya awan panas yang menyrupai petruk (Fatruk), bisa diartikan, kita harus meninggalkan
sesuatu yang disyaratkan. apa syaratnya untuk jawaban dari "Fatruk"?

Bisa berarti, akan ada kebahayaan bagi masyarakat, kita diharuskan untuk meninggalkan segera tempat dimana kita tinggal. Asap tebal letusan merapi menandakan kebahayaan bagi penduduk, maka salah satu jalan untuk menghindarinya pergi ke tempat yang lebih aman untuk menyelamatkan diri.

"Fatruk" juga bisa dimaknai meninggalkan dari sesuatu yang buruk dan kembali pada kebaikan. seperti pernah diceritakan Ponimin, kehidupan sebagian Masyarakat Jogja sudah melenceng dari nilai-nilai dan tradisi leluhur. maka menurutnya, Petruk murka dan akan memberi "pelajaran" bagi masyarakat Jogja.

Namun demikian, munculnya mitologi Petruk ditengah bencana, membrikan banyak arti. ada yang mengartikan sebagai musibah, ada yang memaknai sebagai cobaan, ada juga yang mengartikan sebagai peringatan, bahkan ada yang bilang sebagai adzab. tentu hal tersebut tergantung siapa yang merasakannya.

Melihat penomena alam sedemikian dahsyatnya, manusia terutama yang merasakan langsung dari bencana hanya bisa pasrah dan mencoba menghubung-hubungkan dengan sesuatu agar tetap kuat.

No comments:

Post a Comment

Teriakasih telah berkunjung