Saturday, November 20, 2010

Mangubah Mindset Demo

Demonstrasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan mahasiswa terutama bagi mereka yang bergelut di organisasi-organisasi pergerakan dalam menyalurkan aspirasi yang meraka inginkan. Mahasiswa yang menamakan dirinya aktivis, melihat fenomena sosial selalu dirundung kegelisahan. Dan jalan untuk menyampaikan “hasrat” tersebut selalu timbul demonstrasi.


Sejak zaman dahulu, eksistensi mahasiswa untuk menyuarakan aspirasi rakyat kerapkali diawali dengan demo. Terbukti, lengsernya rezim orde baru yang dibilang super kuat pun runtuh dengan demo besar-besaran yang dimobilisasi oleh masyarakat kampus. Tak heran, jika ada yang mengatakan “Belum dikatakan aktivis kalo belum pernah berdemo”.

Namun budaya demo saat ini sudah mengalami disorientasi.tak jarang para aktivis yang berdemo tidak memperhatikan aspirasi yang diusungnya. Hanya turun ke jalan, teriak-teriak, membakar ban, menganggap sudah cukup menyalurkan suara rakyat. Tanpa dibarengi dengan pembacaan-pembacaan yang masif dan kontinnyu akan realitas sosial. Yang ada cuma berbuat kerusuhan dijalan raya sehingga mendapat cemoohan dari masyarakat.

Kiranya manusia-manusia yang mendapat predikat agent of change perlu merumuskan ulang mindset dalam berdemo. Inti dari koar-koar di jalanan, aksi menutup jalan dan bakar-bakar ban adalah untuk mengalihkan perhatian agar aspirasinya didengar, bukan tujuan utama dari unjuk rasa. Yang membuat energi kaum intelektual pun terbuang dengan sia-sia.

Di era sekarang, keterbukaan mengemukakan pendapat sudah terbuka lebar, media untuk menyalurkannya pun siap menampung aspirasi sebanyak-banyaknya, tidak ada lagi pengekangan. Seyogyanya lebih dilirik oleh mahasiswa pasca reformasi.

Hal tersebut bisa diwujudkan dengan membudayakan diskusi-diskusi ilmiyah, pembacaan sosial melalui kajian yang kolektif untuk kemudian gagasanya bisa diterbitkan melalui buku atau media massa. Tekgnologi internet bisa dimanfaatkan untuk melakukan agitasi antar elemen mahasiswa untuk menggalang gagasan bersama. Banyak contoh dari situs jejaring sosial yang mampu menggiring opini masyarakat sehingga menyentuh para pemangku kebijakan di pemerintahan.

Aplikasi dari pembacaan isu-isu sosial bisa mengajak media massa cetak maupun elektronik untuk kemudian disampaikan pada khalayak.  Kalaupun harus berdemo, harus mengedepankan moral demi kepentingan umum. Jangan samapai berdemo hanya untuk menunjukan eksistensi bendera golongan tanpa memandang aspirasi yang dibawanya. Semoga generasi muda bangsa yang dituntut menyalurkan “kran-kran” aspirasi rakyat yang tersumbat tidak hanya dibuang sia-sia dijalanan. 
  

No comments:

Post a Comment

Teriakasih telah berkunjung