Thursday, November 18, 2010

Belajar ke Negeri Sakura

Bencana di indonesia seolah tak pernah ada hentinya. Belum selesai penanganan bencana di Wasior, muncul gempa bumi dan tsunami di kepulauan Mentawai sampai letusan Gunung Merapi di Yogyakarta. Puluhan bahkan ratusan ribu korban nyawa melayang, kerugian materi sudah tak dapat diperhitungkan. Entah sampai kapan bencana ini akan berakhir? Tak ada yang mampu memprediksi.

Sejak terjadinya tsunami di Aceh, para ilmuan gencar memberikan sinyalemen bahwa indonesia termasuk negara yang rawan bencana, karena letaknya diantara 3 lempeng bumi yang aktif, yaitu lempeng Pasifik, Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Kenyataannya, tiap bencana terjadi, indonesia selalu “gagap” dalam menanganinya.

Menilik ke Jepang yang juga sebagai negara rawan bencana, namun negeri sakura itu mampu bangkit dan memperbaiki dari setiap bencana. Terutama pasca gempa bumi bekekuatan 7,2 SR di kota Kobe tahun 1995 silam. Sistem penanganan bencana langsung menjadi pembahasan yang serius. Tidak lagi ditangani secara parsial. Semua warga Jepang dituntut untuk memahami kondisi daerahnya dan diberi pemahaman melalui pendidikan tanggap bencana sejak dini yang langsung digawangi oleh menteri penangulangan bencana. Sehingga jumlah korban dari waktu kewaktu dapat diminimalkan.

Pada tahun 1961 Jepang menetapkan Undang-undang mengenai Pedoman Penanggulangan Bencana, Garis koordinasinya langsung ke perdana menteri. Kemudian langsung menunjuk penanggung jawab sampai tinggat daerah, lalu bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait. Jadi, tanggap bencana tidak hanya sibuk pasca terjadi.

Dikabarkan pula, jepang memiliki lebih dari 300 alat untuk mendeteksi gempa dan stunami, sehingga dalam hitungan menit informasi bencana alam langsung sampai pada penduduk. Hinggs penanganan pasca bencana, sudah disiapkan  kemana warganya harus melarikan diri jika bencana terjadi, peralatan apa yang harus dibawa.  Tak hanya itu, bangunan tempat tinggal pun didesain anti gempa. Bagaimana dengan indonesia?

Nampaknya kita harus belajar lebih banyak lagi dalam menanggapi bencana alam yang telah dan akan terjadi. Jangan samapi korban jiwa terus berjatuhan, hanya karena kebodohan kita. Saatnya mulai bangkit dan merumuskan penanganan bencana yang terorganisir dan masif mulai dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah serta badan-badan yang terkait. Tidak harus saling menyalahkan satu sama lain. Karena bencana alam sebuah penomena yang tak bisa ditolak. Semoga!

Artikel ini sudah dimuat pada edisi 13 November 2010 di  Okezone.com

1 comment:

Teriakasih telah berkunjung